Ikuti kami di

Selingkuh, Siapa yang Disalahkan?



Ketika seorang istri selingkuh, hampir dipastikan sang istri lah yang akan dicaci maki. Perempuan gatal dan binal lah. Istri yang tidak bisa menjaga kehormatan diri dan keluarga lah. Dan sebagainya, dan sebagainya.

Ketika seorang suami selingkuh, eh, tetep yang perempuan juga yang kena damprat. Pelakor gak tau diri lah. Cewek perusak rumah tangga lah. Dan sebagainya, dan sebagainya.

Enak betul jadi laki. Padahal, di hampir semua kasus perselingkuhan, pihak laki-laki lah yang memulai. Si laki-laki lah yang mulai menggoda istri orang. Si suami lah yang mulai melirak-lirik gadis-gadis muda.

Kenapa bisa begini? Mengapa kita sangat tidak adil dalam menghakimi?

Di setiap kasus perselingkuhan, mutlak kedua pihak yang bersalah. Walaupun laki-laki yang seringkali memulai, tapi kalau si perempuan imannya kuat, tidak akan terjadi perselingkuhan. Walaupun si perempuan imannya lemah, tapi kalau si laki bisa menghargai perempuan, menyadari posisinya sebagai pelindung dan bukan perusak, maka dia tidak akan mulai bergenit-genit ria pada perempuan yang bukan haknya.

Lalu bagaimana dengan kasus guru dan murid yang baru heboh kemarin? Apakah keduanya bersalah?
Untuk kasus-kasus seperti ini, walaupun suka sama suka misalnya, hubungan antara laki-laki dewasa dengan anak belum cukup umur tidak bisa dikategorikan perselingkuhan.

Ini tentang seorang laki-laki tua bejad yang memanipulasi seorang gadis kecil demi memuaskan nafsu binatangnya. Si bandot sebagai seorang guru yang harusnya mendidik dan melindungi si murid, tapi justru memanfaatkan statusnya itu untuk memaksa siswinya melakukan sesuatu yang sangat tidak pantas. Ini harusnya dikategorikan pemerkosaan.


(Wendra Setiawan)

Post a Comment for "Selingkuh, Siapa yang Disalahkan?"

𝐒𝐔𝐏𝐏𝐎𝐑𝐓 & 𝗜𝗞𝗨𝗧𝗜 𝗖𝗛𝗔𝗡𝗘𝗟 𝗞𝗔𝗠𝗜 :

Ikuti Telegram belumadajudul.com   Ikuti Whatsapp belumadajudul.com  

𝐒𝐔𝐏𝐏𝐎𝐑𝐓 & 𝗜𝗞𝗨𝗧𝗜 𝗖𝗛𝗔𝗡𝗘𝗟 𝗞𝗔𝗠𝗜 :

Ikuti Telegram belumadajudul.com   Ikuti Whatsapp belumadajudul.com