Ikuti kami di

Kampus Negeri Bungkam Aspirasi

Kampus Negeri Bungkam Aspirasi

BelumAdaJudul.com || Reyhan Amar menunjukkan kepada beberapa jurnalis, sebuah pesan intimidasi seorang dosen, dari tangkapan layar E-flyer pada smartphone miliknya. Jika dibaca, deretan kalimatnya dengan tegas melarang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), mengikuti acara diskusi di teras gedung rektorat, Selasa (6/2/2024).

Namun, nama oknum dosen yang seharusnya terpampang di bagian atas E-flyer, tertutup coretan tebal berwarna merah menyala. Kemudian di bagian bawah E-flyer, rangkaian kalimat bernada ancaman terbaca sangat jelas, ”jika ada yang mengikuti, akan ada sanksi tersendiri dari kami, Nuwun”.

Saat itu, Reyhan Amar dan seorang temannya bernama Farhan sedang melayani permintaan para jurnalis untuk wawancara, di ruang terbuka depan Gedung Rektorat UNY. Aktivitas itu menjadi magnet puluhan pasang mata mahasiswa, serta orang-orang dari luar kampus yang menduduki deretan kursi taman di bawah pohon-pohon perindang.

Beberapa orang dari luar kampus yang mengenakan pakaian sipil, diduga merupakan aparat intelejen, yang biasanya selalu memantau aktivitas mahasiswa jika menyinggung persoalan politik. Selama berada di lingkungan kampus, mereka secara intens mendokumentasikan aktivitas mahasiswa menggunakan kamera handphone.

Sedangkan para jurnalis yang mewawancarai Reyhan dan Farhan sebagai penyelenggara diskusi, setelah mereka merasa bosan menunggu dimulainya acara. Saat itu, kegiatan diskusi yang akan digelar, ditujukan untuk menyikapi pesta demokrasi yang dinodai secara terang-terangan.

Sesuai informasi yang disebarkan melalui grup whatsapp jurnalis, diskusi seharusnya dimulai tepat pukul satu siang, meski hingga satu jam sesudahnya kegiatan belum juga dimulai. Saat itu, puluhan mahasiswa yang akan menjadi peserta diskusi, sudah berkumpul di sekitar gedung rektorat, ada yang duduk-duduk di tangga namun beberapa memilih berdiri sambil berkerumun.

Farhan sebagai juru bicara para mahasiswa, mengungkapkan rasa gelisahnya kepada wartawan yang menodongkan alat perekam digital. Saat itu, ia ingin kampusnya mengikuti langkah sejumlah universitas di Yogyakarta, yaitu menyuarakan sikap untuk merespon Presiden Joko Widodo yang dianggap tidak netral dalam pemilu.

Dalam suatu kesempatan di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta beberapa waktu lalu, presiden menyatakan ia boleh kampanye dan memihak. Publik pun menilai pernyataan presiden itu, dilatarbelakangi langkah putera sulungnya yaitu Gibran Rakabuming Raka, yang secara kontroversial maju sebagai Cawapres mendampingi Calon Presiden Prabowo Subianto.

Bagi Farhan, sikap diam civitas akademika di kampusnya merupakan gejala yang tidak normal. Seharusnya, para dosen dan profesor yang punya daya intelektual tinggi harus menunjukkan sikap, ketika para elit politik ingin merusak demokrasi.

”Ini (sebuah kekeliruan) harus diluruskan”, katanya sembari mengakui, masih ada beberapa dosen di kampusnya yang berpikiran kritis, menyampaikan dukungan terhadap apa yang dilakukan mahasiswa. Meski dalam kegiatan diskusi yang akan digelar, tidak ada satupun dari mereka yang menampakkan batang hidungnya.

Usai wawancara selama beberapa menit, Reyhan dan Amar berjalan menuju teras gedung rektorat, menyusul puluhan rekan mereka yang lebih dahulu berada disana. Keduanya sempat bersitegang di tangga menuju teras gedung rektorat, saat niat mereka menggelar acara diskusi dicegah Profesor Guntur.

”Kegiatanmu apa? Ini ada ijinnya tidak?”, tanya Sekretaris Direktorat Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni UNY itu. Reyhan sebagai wakil mahasiswa langsung menjawab,”Kami sudah sampaikan pemberitahuan (permohonan ijin) pak”.

”Saya baca surat permohonan ijinnya, itu (menyinggung) tentang pemerintah, UNY ini instansi pemerintah”, ucap Guntur. Tanpa basa-basi, ia pun meminta diskusi digelar di luar gerbang masuk area kampus atau tepatnya di pinggir jalan raya, jika para mahasiswa tetap bersikeras ingin menggelar acara mereka.

”Kami hidup dari pemerintah, ini nggak resmi ini saya nggak ngerti siapa yang tanggung jawab, saya mau tanya ijinnya?”, lanjutnya yang tidak segan akan membubarkan acara mahasiswa, jika tidak menggubris larangan dari kampus.

Meski tetap bersikeras ingin bertahan di teras Gedung Rektorat UNY, para mahasiswa tidak punya banyak pilihan. Proses negosiasi yang dilakukan tetap berlangsung alot, karena pihak kampus tetap pada keputusannya menolak segala bentuk kegiatan di dalam kampus, jika tujuannya untuk mengkritisi pemerintah.

Sebelum membubarkan diri, para mahasiswa UNY yang berkumpul di teras gedung rektorat tetap berharap agar universitas menyampaikan pernyataan sikap. Ini sebagai bentuk seruan moral, agar Presiden Joko Widodo bersikap netral dalam pemilu. (ws)

Sumber:
rri➚

Post a Comment for "Kampus Negeri Bungkam Aspirasi"

𝐒𝐔𝐏𝐏𝐎𝐑𝐓 & 𝗜𝗞𝗨𝗧𝗜 𝗖𝗛𝗔𝗡𝗘𝗟 𝗞𝗔𝗠𝗜 :

Ikuti Telegram belumadajudul.com   Ikuti Whatsapp belumadajudul.com  

𝐒𝐔𝐏𝐏𝐎𝐑𝐓 & 𝗜𝗞𝗨𝗧𝗜 𝗖𝗛𝗔𝗡𝗘𝗟 𝗞𝗔𝗠𝗜 :

Ikuti Telegram belumadajudul.com   Ikuti Whatsapp belumadajudul.com