BelumAdaJudul.com - Deretan kasus yang menyeret pegawai bajak maupun pejabat
di bawah lingkup Kementerian Keuangan telah membawa dampak kekecewaan publik
yang begitu besar terhadap pejabat pemerintahan.
Namun demikian di tengah huru-hara permasalahan ini, studi dari Institute for
Development of Economics and Finance (INDEF) mencatat bahwa masyarakat masih
taat menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak.
Memberikan tanggapannya terhadap fenomena yang berlangsung saat ini, Ekonom
Senior INDEF Faisal Basri mengungkapkan bahwa kondisi masyarakat Indonesia
saat ini belum mencapai pada level civil disobedience (pembangkangan publik),
di mana masyarakat secara kolektif memutuskan untuk mogok bayar pajak.
Faisal Basri melihat bahwahal ini memperlihatkan sifat masyarakat Indonesia
yang pemaaf meski telah muak melihat perilaku para pejabat.
"Ekstremnya kan sedemikian mualnya rakyat dengan perilaku pejabat itu maka
muncul yang namanya civil disobedient, pembangkangan publik, jadi publik
secara kolektif itu mogok bayar pajak. [Tetapi] kita jauh dari sana
(pembangkangan publik secara kolektif dalam membayar pajak). Jadi rakyat
Indonesia itu pemaaf sekali ," tutur Faisal dalam acara diskusi publik INDEF
pada Selasa (28/3/2023).
Hal tersebut selaras sesuai dengan yang disampaikan oleh Maisie Sagita selaku
Peneliti/Data Analyst Continuum INDEF yang memaparkan mengenai hasil studi
INDEF bahwa hanya ada 2% masyarakat yang malas membayar pajaknya di tengah
situasi kekecewaan publik terhadap lembaga pengelola pajak. Di tengah isu dan
penurunan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola pajak ini,
sebagian besar masyarakat masih membayarkan kewajiban pajaknya.
"Kami menemukan bahwa meski masyarakat banyak mengeluh, bukan berarti malah
rakyat malas membayar pajak. Dari 680 ribu perbincangan [di media sosial
Twitter yang terkait dengan isu dan keluhan mengenai pejabat/lembaga pengelola
pajak], hanya 13 ribu yang menyuarakan ajakan untuk tidak bayar pajak dan hal
ini sesuai dengan pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa per Februari
2023 kemarin, laporan SPT naik hingga 40%," terang Maisie.
Namun di sisi lain, Maisie menambahkan bahwa agar narasi atau ajakan untuk
tidak membayar pajak tidak semakin meluas, pemerintah perlu sesegera mungkin
mengevaluasi diri. Karena pada dasarnya, narasi tersebut timbul akibat rakyat
telah melihat gaya hodi[ pejabat pajak yang mewah. Korupsi dan gaya hidup
pejabat pajak yang mewah inilah yang membuat rasa kepercayaan publik terhadap
DJP menurun hingga mengakibatkan masyarakat malas membayar pajak.
Menyambung pada hal ini, Faisal Basri mengatakan, "jadi sekalipun netizen itu
kritis dari 600-an perbincangan, ngeluh macam-macam, tapi tidak sampai pada
muara untuk tidak bayar pajak. Ini netizen luar biasa, rakyat Indonesia luar
biasa. Mengeluh tapi tetap melaksanakan kewajibannya."
"Yang kedua, sekalipun mereka, sejumlah orang tertentu itu enggan membayar
pajak atau bertekad untuk membayar pajak, mereka tidak bisa mengelak dari
bayar pajak. Jadi boleh saja tekad [tidak bayar pajak], tapi tidak bisa
mengelak. Ini pajak dalam artinya luas ya, perpajakan. Jadi perpajakan itu
meliputi pajak, cukai, dan pungutan perdagangan internasional [...] Negara itu
punya kemampuan yang luar biasa untuk memaksa warganya membayar pajak,
membayar berbagai macam pungutan perpajakan sekalipun mereka tidak
menghendakinya, sekalipun mereka tidak ikhlas, sekalipun mereka bertekad untuk
menghindari dari bayar pajak, tapi tidak bisa," ujar Faisal.
Sumber :
Tag :
Post a Comment for "Rakyat Tak Mogok Bayar Pajak Meski Kecewa, Faisal Basri: Rakyat Indonesia Luar Biasa"